4 tahun


| |||
| |||
tetapi arie, kita kini adalah kita nanti
apa yang kita toreh pada detik lampau adalah kita yang menjelma mercusuar
bukan tegak berdiri pongah yang membuat kita terlihat nelayan
dan padanya semua melambai mencari tujuan
adapun arie, kita sebangsa cahaya yang menuntun
olehnya nelayan tak ragu mendayungkan sampan ke pesisir
apa yang kita tulis kini dan lampau arie,
menjadi cahaya kita nanti, di dunia atau di suatu tempat yang tak terbayangkan
karenanya daeng, kalau selasar itu menyorong lelubang untuk kakimu
langkahi saja, atau tutupi dia dengan apa daeng punya
biar dia diam, mati dan menjadi batu yang dikutuk
karena kita tak perlu tanggap pada apa yang bisa bikin kita juga diam
karena kita kini adalah kita nanti
kita punya cahaya, dan hanya itu yang bikin kita berarti
Pecah berserak luluh hati mengadu
Tak tertahan ingin luap meronta
Benamkan perih rasa terpatri kecewa
Kadang resah harapku terpendam amarah
Tinggalkan hilang terjang lara
Hanyut hingga terbawa
Menepi di perasingan dan tak berarti lagi
Terus berulang tak hanya itu
Lebih dari ketidakpedulianmu
Berpaling bahkan pergi habis kau lukai
Seakan tak bersalah cobalah kau adili dirimu sendiri
Dan tak akan mampu kau mau mengerti
Terkecuali maaf yang berkali sering kau ucap
Bukan berarti dapat mengobati luka kau toreh
Bahkan merapuhkan hampir berhenti denyut nadi
Rasa… rasa itu semakin indah terasa
Semakin menggebu dan begelora
Namun sayang….
Terlarang tuk mencipta rasa
yang begejolak dalam dada
Ikatan pertama yang masing” telah kita miliki
tak mudah tuk memutusnya
karena tlah menghasilakn banyak buah
Akan tetapi kenangan lalu bersemi kembali
membawa jiwa kedalam mimpi” indah duniawi
bayangan mu menari” mengajak berlari….
Ikatan itu sanagt kuat
kadang membuatku tersakiti
tapi tak dapat kuberontak
tuk berlari mengejarmu…
Cinta yang terlarang…
tetap kuberharap
kau dapat mendekap erat
jiwa dan ragaku yang terikat
CINTAMU padaku...
Adalah air yang selalu menyegarkan dahaga
Aku bisa mati bila tanpanya
KASIHMU padaku...
Adalah udara yang memenuhi rongga paru-paru
Aku bisa mati tanpanya
SAYANGMU padaku...
Adalah matahari yang selalu menyinari hari-hari
Aku bisa mati tanpanya
SETIAMU padaku
Adalah darah yang mengalir dalam tubuh
Aku juga bisa mati tanpanya
TUHANku...
Cinta, kasih, sayang, dan setiaMu
Adalah kehidupanku
Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas
Dengan puisi....
Dengan puisi aku bernyanyi sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejar mengiri
Dengan puisi aku memutih nafas jalan yang busuk
Dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya